Anak Butuh Orangtua ATAU Orangtua Butuh Anak

Manakah yang benar? Anak butuh oangtua atau orangtua butuh anak?

Pertanyaan klasik yang selalu menjadi pertanyaan banyak orang. Sebagian dari kata-kata tersebut sering dilontarkan orangtua kepada anak, terutama di saat marah.

Pertanyaan jebakan?

Bukan. Sama sekali bukan.

Pertanyaan kecil ini sejatinya bisa memperlihatkan banyak hal. Pandangan seseorang terhadap anggota keluarga lainnya bisa tergambarkan dari jawaban yang keluar. Bagaimana kecenderungan seseorang dalam memperlakukan anaknya, juga bisa tercermin dari jawaban yang diberikan.

Pertanyaan ini juga bisa menjadi bahan perenungan kita, para orangtua, mengenai anak itu apa dan siapa? Apa peran mereka dalam kehidupan kita sebagai manusia? Pentingkah kehadiran mereka?

Sebagai gambaran, saya pernah secara iseng mengajukan pertanyaan ini kepada beberapa orang. Jawabannya ternyata beragam dan bervariasi. Meskipun demikian, secara garis besar kebanyakan memilih salah satu dari di bawah ini :

1) Anak butuh orangtua. Jelas itu!
2) Orangtua butuh anak

Ya. Kebanyakan memilih salah satu dari kedua jawaban itu dengan argumen untuk mendukungnya.

Nah, menurut Anda mana diantara keduanya yang benar? Sebagai gambaran saya akan menjabarkan beberapa FAKTA yang dipungut dari kehidupan sehari-hari.

Anak Butuh Orangtua

Berbeda dari hewan, dimana anak mereka beberapa jam setelah dilahirkan bisa bergerak bebas, anak manusia ketika lahir bisa dikata dalam keadaan “tidak berdaya”.

Mereka tidak bisa makan sendiri. Mereka tidak bisa melindungi diri sendiri.  Bahkan, untuk sekedar membersihkan diri sendiri pun, mereka tidak mampu.

Anak manusia membutuhkan bantuan dari orang di sekelilingnya untuk bahkan sekedar bertahan hidup.

Kebutuhan akan bantuan dan perlindungan orang lain, dalam hal ini orangtua, akan terus berlanjut hingga mencapai tahap atau usia tertentu. Pada saat itu seorang anak dapat dikategorikan sebagai dewasa dan mampu berdiri sendiri.

Orangtua Butuh Anak

Betul kah?

Pernah kah kita melihat contoh sepasang orangtua yang galau ketika momongan yang mereka harapkan idak kunjung tiba. Berbagai usaha mereka lakukan. Pergi ke dokter, orang pintar, bahkan ke dukun, akan mereka lakukan untuk menghadirkan seorang anak dalam kehidupan mereka.

Kalau pun terpaksa, secara fisik pasangan tersebut tidak bisa menghasilkan anak, maka biasanya jalan lain ditempuh, dengan mengadopsi anak.

Kemudian, ketika orangtua, kita sebagai manusia cenderung untuk kembali ke posisi saat kita lahir di dunia. Tidak berdaya.

Berbagai penyakit. Kondisi tubuh yang menurun seiring meningkatnya usia. Kesemua ini sering menjadi penghambat manusia untuk mampu berdiri sendiri. Tidak jarang, banyak kasus ditemukan kemampuan manusia berusia lanjut untuk sekedar membersihkan dirinya sendiri pun sama seperti bayi, alias tidak bisa.

Kemanakah biasanya pertolongan bisa didapatkan? Tentu saja biasanya manusia akan lari ke orang terdekatnya, yaitu anak.

Itulah kedua fakta dalam kehidupan manusia di dunia.

Lalu, dengan melihat kedua hal ini, manakah jawaban yang benar dari pertanyaan “Anak butuh orangtua atau orangtua butuh anak?”

Jadi, Mana Yang Benar ” Anak Butuh Orangtua atau Orangtua Butuh Anak?”

KEDUANYA BENAR ! 

Tidak mungkin kan membantah fakta-fakta yang memang kita lihat sehari-hari. Kedua jawaban yang diberikan pasti berdasarkan pengalaman yang terlihat.

Memang pada dasarnya, baik anak dan orangtua membentuk sebuah hubungan saling ketergantungan. Masing-masing pihak membutuhkan kehadiran yang lainnya.

Bagaimana pun hubungan orangtua dan anak adalah hubungan antar manusia. Tidak pernah ada hubungan antar manusia dimana hanya satu pihak yang tergantung pada pihak lain, tetap akan selalu ada unsur “take and give” di dalamnya.

Setidak berdaya apapun seorang bayi, ia mampu membuat ibu dan ayahnya merasa menjadi orang paling berbahagia di dunia. Seberapapun kuatnya seorang ayah, ia akan menangis bak bayi kalau terjadi sesuatu dengan anaknya.

Hubungan orangtua dan anak adalah sebuah saling keterikatan, dimana keduanya akan saling tergantung satu dengan yang lain.

Lalu bagaimana kalau hanya memilih salah satu jawabannya?

Saya tidak bisa memandang hubungan orangtua dan anak sebagai sebuah hubungan Hitam – Putih, Benar – Salah. Relasi antar manusia adalah hal yang rumit dan sulit dijabarkan dengan hanya dua kutub seperti itu.

Apa yang terlihat dari kedua jenis jawaban (tiga sebenarnya) adalah adanya sebuah pergeseran yang sedang berlangsung dalam masyarakat Indonesia. Jangan lupa pula, bahwa adanya, ayah, ibu dan anak membentuk sebuah masyarakat terkecil, keluarga.

Kalau coba ditelaah lebih jauh, jawaban pertama cenderung dikemukakan oleh mereka yang masih menganut pola lama. Bukankah banyak dari kita, orangtua di masa sekarang yang merasakannya sekitar 20-30 tahun yang lalu, di saat kita masih anak-anak, remaja.

Bukankah pada waktu itu, biasanya dalam keluarga, peran orangtua sangat dominan. Mereka adalah pemimpin yang berada di depan dan anak harus mengikuti. Mereka juga adalah hakim yang bisa menjatuhkan vonis dan hukuman. Kata-kata dari mereka adalah mutlak dan harus dianggap benar.

Hampir sama sekali tidak ada ruang bagi diskusi atau negosiasi.

Berbeda dengan di masa sekarang ini, dimana peran orangtua berubah cukup jauh. Orangtua lebih mengambil peran sebagai fasilitator, pengamat, dan pendorong anaknya. Diskusi dan negosiasi antara kedua posisi adalah kunci dan bukan hal siapa yang lebih berkuasa. Posisi yang sangat berbeda dibandingkan orangtua di masa lalu.

Ini adalah bentuk pergeseran budaya.

Di masa lalu, orangtua belajar dari orangtua kita (nenek dan kakek kita) yang meniru (sadar tidak sadar) bangsa Belanda. Mereka memakai pola yang sama untuk diterapkan di keluarganya. Pengaruh budaya luar di masa itu hanya berasal dari sini.

Sangat berbeda dengan keadaan di masa kini. Kita berinteraksi dengan banyak sekali bangsa asing, terutama dari Barat yang sudah lebih dahulu menerapkan prinsip persamaan dan hak asasi manusia dalam kehidupan mereka. Itulah yang kemudian juga mempengaruhi pemikiran para orangtua di negara ini.

Pendidikan pun memegang peranan terhadap pergeseran seperti ini.

Meskipun demikian, masih tetap ada banyak orangtua yang setia memakai pola lama dalam menjalankan keluarga mereka.

Tidak ada vonis salah atau benar.

Setiap keluarga memiliki hak untuk berjalan sesuai yang mereka kehendaki. Selama hukum positif maupun norma yang berlaku tidak dilanggar, tidak ada vonis salah atau benar dijatuhkan.

Kedua jawaban itu, hanyalah mencerminkan pola mana yang dipakai dalam menyikapi hubungan orangtua dan anak.

Jawaban mana yang Anda pilih bagi keluarga Anda?  Saya memilih jawaban “anak butuh orangtua dan orangtua butuh anak”.

+ posts