Nah, sebentar lagi bulan Agustus. Suasananya memang belum terasa ketika tulisan ini dibuat, tetapi bisa dipastikan dalam satu atau dua minggu ke depan, nuansa merah putih akan mendominasi dan memberikan kesan semarak dimana-mana.
Maklum saja, bulan Agustus memang punya arti spesial bagi bangsa Indonesia. Di bulan itulah negara ini meraih kemerdekaan. Dan, setiap tahunnya, hampir pasti di berbagai pelosok Nusantara akan banyak sekali kegiatan yang terkait dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI itu. Bentuk acara 17 Agustus-an bisa beragam, mulai dari upacara resmi di sekolah-sekolah sampai dengan yang non resmi tetapi seperti menjadi wajib, yang berbentuk perlombaan-perlombaan kecil atau kegiatan lainnya di tingkat RT, RW, dan sebagainya.
Sebuah kegiatan yang setiap tahunnya pasti selalu ada.
Kegiatan menyambut Ultah Hari Kemerdekaan Indonesia ini hampir pasti juga akan mengundang komentar nyinyir alias kontra dari sebagian orang. Tidak semua orang bergembira melihat kegiatan itu diadakan. Masih ada yang beranggapan bahwa ha;-hal semacam itu hanyalah acara hura-hura saja, tidak berguna dan tidak memberi manfaat.
Mereka yang seperti ini lebih suka kalau peringatan itu dilakukan dengan acara yang menurut mereka lebih berguna, seperti mengunjungi panti asuhan, mengheningkan cipta, atau mengadakan doa bersama. Bagi mereka hal-hal yang seperti ini lebih memberi manfaat daripada sekedar lomba makan kerupuk, balap kelereng, balap karung, dan berbagai jenis acara yang biasa dihadirkan setiap tahunnya.
Pasti, yang seperti ini juga akan selalu ada setiap tahunnya.
Pro kontra itu sudah biasa dan memang merupakan bagian dari kehidupan manusia, terutama yang merdeka.
Pada dasarnya, memang apa yang disarankan kalangan yang kontra terhadap acara 17 Agustus-an yang biasa dilakukan tidak salah. Tentunya, menyambangi dan menyantuni anak-anak yang tidak berbapak dan beribu sebuah kegiatan yang sangat bermanfaat. Tidak salah juga mengheningkan cipta dan berdoa bisa dijadikan sebagai opsi kegiatan bermanfaat untuk mengisi momen tahunan ini.
Tidak salah sama sekali dalam hal ini.
Tetapi, mereka yang kontra terhadap game-game kecil acara “tujuhbelasan” itu sebagai hal tidak berguna.
Percayalah, salah besar pandangan seperti itu.
Ada beberapa manfaat dengan mengadakan kegiatan kecil seperti itu di lingkungan dimana kita tinggal, atau berada. Hal ini sering tidak terlihat dan diabaikan, padahal berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak percaya? Boleh saja. Tetapi, coba lihat dulu yang di bawah ini.
1) Menjalin silaturahmi antar warga/tetangga
Di zaman modern yang serba sibuk seperti sekarang, hubungan antar tetangga sering menjadi renggang karena masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Kerap mereka yang tinggal bersebelahan saja bisa tidak pernah bertemu selama berbulan-bulan.
Sebuah situasi yang sebenarnya sangat tidak baik. Bagaimanapun, manusia itu maklhluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri. Ia akan selalu membutuhkan manusia lainnya selama kehidupannya. Dan, tetangga adalah saudara terdekat bagi kita semua.
Itu dengan syarat hubungan dan interaksi antar manusianya terjalin dengan baik dan konsisten.
Sayangnya, hal itu sering tidak bisa terjadi karena sulitnya menemukan waktu yang pas untuk sekedar bercanda atau berbincang ngalor ngidul.
Dan, tidak ada suasana yang lebih baik lagi daripada acara 17 Agustus-san.
Semua libur, semua dalam mood gembira, dan semua dipertemukan di sebuah tempat dan acara terbuka buat semuanya. Gelak tawa pasti akan hadir melihat jatuh bangunnya bapak-bapak melompat-lompat dengan karung di kaki, atau muka pusing ibu-ibu saat harus makan kerupuk yang digantung.
Pasti ada tawa.
Juga pasti ada silaturahmi yang terjalin dalam suasana tersebut. Warga yang selama ini mungkin tidak pernah bertemu, pada akhirnya bisa menyapa yang lain dan ngobrol bebas tentang apa saja. Bisa tergelak bersama melihat adegan-adegan lucu.
Kalah menang kerap tidak menjadi masalah karena tujuan utamanya adalah mengikat dan mengencangkan kembali tali silaturahmi yang longgar akibat kesibukan. Semua bisa dieratkan kembali dalam acara peringatan HUT RI itu.
2) Mengajarkan anak-anak berorganisasi
Di kompleks dimana kami sekeluarga tinggal, para orangtua tidak lagi mengurus yang namanya acara HUT RI. Itu karena anak-anak warganya sudah menjadi pemudi dan pemuda.
Pengelolaannya diserahkan kepada mereka. Tidak ada lagi orangtua yang terlibat. Para orangtua hanya akan memberi saran dan tentunya sumbangan dana (karena para pemuda itu belum mampu mencari uang sendiri).
Semua ini dilakukan karena semua warga memiliki pandangan yang sama, bahwa mengadakan kegiatan tujuhbelas-an bisa digunakan untuk mengajarkan para pemuda itu untuk berorganisasi.
Mereka dihadapkan pada masalah bagaimana menentukan target, melakukan usaha, melakukan promosi, berkomunikasi untuk meyakinkan orang, menentukan jadwal, dan banyak hal lainnya.
Untuk mengadakan acara seperti ini, meskipun kecil akan membutuhkan kerjasama tim agar hasilnya meriah dan berkesan.
Dari sana anak-anak itu akan belajar berbagai hal yang sebenarnya pasti akan terjadi ketika mereka dewasa nanti. Semua itu akan mereka temukan di masa depan.
Dan, mereka bisa mendapatkan berbagai pelajaran dari mengelola acara kecil ini. Acaea 17-an ini adalah simulasi kecil dari sebuah kehidupan di dunia nyata
3) Mengajarkan anak berkompetisi dan berjuang
Hadiahnya memang kecil, tidak seberapa. Para orangtua pasti mampu membelikannya. Kecuali mendapat sponsor dari perusahaan, hadiah bagi pemenang lomba tujuhbelasan jarang yang mahal. Biasanya sekedar alat tulis atau apapun benda kecil berguna.
Tidak banyak. Maklum lah kebanyakan panitia 17-an akan mengandalkan pada sumbangan warga untuk mengadakannya. Budget-nya sangat terbatas.
Tetapi, banyak orangtua yang akan tetap menyuruh anaknya untuk ikut lomba-lomba yang diadakan.
Pertanyaannya, mengapa? Apakah mereka begitu tidak mampunya membelikan anaknya sendiri hadiah-hadiah itu? Tidak lah, kebanyakan dari mereka bahkan bisa memberikan yang berkali lipat nilainya.
Mereka kebanyakan menyuruh anaknya ikut serta bukan karena hadiahnya. Mereka menyadari bahwa ada sisi positif dari lomba-lomba kecil itu.
Para orangtua ingin melihat anaknya ikut dalam kompetisi dan berjuang untuk meraih sesuatu. Mereka ingin mengajarkan kepada anaknya, jika mereka mau berhasil, mendapat lebih, atau menjadi juara, para anak harus mau berkompetisi dan berjuang sekuat tenaga untuk menjadi yang terbaik.
Hadiah boleh kecil, tetapi anak-anak bisa belajar tentang bagaimana berjuang dan bekerja keras untuk mendapatkan hasil. Sesuatu yang pasti mereka akan hadapi di saat menjadi dewasa nantinya.
Hidup ini penuh perjuangan Bung!
4. Gotong Royong
Perlu dijelaskan lebih lanjut? Rasanya sih tidak.
Berbagai kegiatan acara peringatan HUT RI, atau kerap disebut tujubelasan di masyarakat Indonesia mayoritas diadakan dengan memakai prinsip “Dari kita, oleh kita, untuk kita”.
Mulai dari dana untuk menyediakan peralatan, memasang tenda, dan pelaksanaan akan dilakukan oleh warga juga.
Acara seperti ini tidak bedanya dengan kerja bakti merupakan salah satu bentuk nyata dari prinsip gotong royong dan merupakan salah satu bentuk dari Sila ke-4 Pancasila.
Iya kan?
—
Bagaimana?
Masih bisakah acara 17 Agustus-an disebut sesuatu yang tidak berguna?
Sangat diperbolehkan untuk memiliki pandangan terhadap sesuatu hal. Itu hak seseorang dan dijamin oleh konstitusi Indonesia. Jadi, bebas saja kalau ada yang ingin berpandangan ada cara yang lebih baik dalam rangka memperingati HUT RI.
Tidak masalah.
Sayangnya, bisa menjadi salah besar ketika kita meyakini bahwa pandangan kita adalah yang terbaik dan kemudian merendahkan apa yang diyakini orang lain. Hal itu sama saja berarti kita menganggap orang lain bodoh dan kita paling pandai. Sekaligus dengan merendahkan orang lain, hal itu juga bisa diartikan agar orang lain harus tunduk pada pandangan kita.
Sesuatu yang sangat bertentangan dengan apa yang diperjuangkan oleh mereka-mereka yang mengorbankan jiwa raganya untuk negeri ini. Mereka tidak mengharapkan apa-apa, kecuali bahwa anak cucunya bisa merdeka, bebas, dan bisa merasakan kegembiraan dan kebahagiaan sebagai sebuah negara yang berdaulat.
Bergembira bersama dengan yang lain dalam merayakan HUT RI adalah salah satu hal yang diimpikan para pejuang Indonesia di jaman dulu. Lalu, haruskah dibelenggu dengan keinginan segelintir orang yang merasa hal itu tidak berguna?
Rasanya sih tidak. Apalagi mereka mungkin hanya bisa memandang dari satu sisi saja, dan tidak mengerti bahwa di dalam lomba-lomba kecil acara peringatan HUT RI itu terselip berbagai manfaat, dan cita-cita dari pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia di masa lalu.