Tamu, ditata dan dijamu menurut kirata (dikira-kira tapi nyata) basa Sunda yang artinya diatur dan dijamu, adalah bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap keluarga pasti akan pernah kedatangan orang yang bertandang ke rumah, entah untuk urusan bisnis atau sekedar untuk silaturahmi.
Walaupun kirata basa bukanlah bentuk formal berbahasa, tetapi dalam basa Sunda, jenis gaya bahasa ini sering menjelaskan tentang makna kata dengan cara yang luwes.
Kirata basa dari tamu adalah ditata dan dijamu, kenyataannya memang begitulah faktanya. Seorang yang datang ke rumah orang lain harus mau diatur oleh si empunya rumah, sebagai gantinya tuan rumah akan menjamu tamu tersebut.
Jadi, dalam kirata basa terkandung makna yang menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh tamu dan juga apa yang harus dilakukan oleh tuan rumah, yaitu menjamunya.
Mengapa harus menjamu tamu?
Kecuali Anda hidup di hutan, maka Anda akan selalu hidup dengan orang lain di sekitar, masyarakat namanya.
Dalam masyarakat ada yang namanya eti dan norma, aturan yang meskipun tidak tertulis di atas kertas, tetapi merupakan sesuatu yang mau tidak mau harus diikuti.
Menjamu tamu adalah bagian dari etika yang diharapkan masyarakat dari seseorang. Kegagalan dalam melakukan hal yang sepertinya sepele ini akan mengundang banyak dampak negatif, seperti omongan tetangga, pandangan sinis, hingga cemoohan. Hal-hal yang sangat mungkin membuat hidup kita menjadi tidak nyaman.
Apalagi masyarakat Indonesia masih memegang erat berbagai tradisi kekeluargaan yang sangat kuat. Oleh karena itu, masyarakat dengan “etika” mereka “mengharapkan” seseorang untuk bertindak sesuai standar tersebut.
Dalam hal kunjung mengunjungi, alias bertamu, masyarakat memiliki ekspektasi bahwa sang tuan rumah akan “menjamu” tamunya dengan baik.
Bagaimana menjamu tamu dengan baik?
Susah-susah mudah. Tidak ada yang sulit, tetapi bisa menjadi sangat sulit.
Memang tidak ada yang sulit saat menjamu tamu. Semua yang dilakukan adalah hal-hal kecil yang biasa kita lakukan setiap hari. Mirip dengan sebuah ritual kecil yang siapapun bisa melakukannya.
Tetapi, kenyataannya banyak orang tidak mampu melakukannya dengan baik. Hal itu menunjukkan ternyata menjamu tamu tidak semudah yang dibayangkan.
Selain itu dengan semakin beragamnya suku bangsa yang tinggal dalam satu daerah menimbulkan kesulitan tersendiri. Masing-masing akan membawa tradisi dari tempat asalnya masing-masing dan hal ini memungkinkan terjadinya kesalahpahaman.
Meskipun demikian, ada beberapa hal dasar yang setidaknya bisa memberikan kesan baik kepada siapapun yang datang, terlepas darimana mereka berasal.
1. Menjawab salam
Tamu biasanya sebelum memasuki rumah, ia akan meminta izin dulu kepada tuan rumah. Bentuknya biasanya diawali dengan memberikan salam, seperti “Permisi”, Assalamualaikum”, “Punten”, “Spada”, “Kulonuwun”, dan sebagainya.
Jawablah salam mereka dengan segera. Hal ini menunjukkan bahwa sang tuan rumah bersedia, setidaknya untuk menemui sang tamu.
Kalaupun tidak ada suara dan hanya berupa kode ketukan pintu, berilah segera jawaban agar sang tamu tahu bahwa Anda akan segera datang.
2. Temui segera
Setelah menjawab salam, sudah seharusnya sebagai tuan rumah, kita bersegera menemuinya. Kalaupun sedang dalam kondisi mengerjakan sesuatu, tunda dan temui. Kalau memang tidak pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggal, persilakan tamu tersebut masuk sambil menjelaskan bahwa Anda sedang mengerjakan hal penting.
Setidaknya, sang tamu akan merasa dihargai dan tidak perlu menunggu tanpa kejelasan. Seseorang yang sudah mendengar jawaban salam tetapi tidak ditemui akan kebingungan harus bertindak apa.
Tugas tuan rumah menghilangkan kebingungan itu.
3. Lakukan dengan bahasa dan cara yang sopan
Sopan dalam artian, bisa diterima oleh yang bertamu. Kalau yang datang sudah Anda kenal dan kita sudah hapal karakternya, maka bahasa dan gaya akrab untuk melakukannya bisa dipergunakan.
Tetapi, kalau memang Anda tidak tahu siapa yang datang bahasa dan gaya yang sopan dan formal adalah yang terbaik.
Jangan pergunakan suara terlalu keras karena akan memberi kesan bahwa tidak suka akan kehadiran sang tamu.
4. Suguhkan yang terbaik
“Terbaik”, bukan termahal atau termewah. Jamu tamu dengan yang terbaik yang kita punya saat mereka bertandang.
Kalaupun hanya sekedar air putih, kalau itu memang yang terbaik yang bisa disuguhkan, sediakan lah. Apalagi kalau rezeki berlimpah dan kita memiliki makanan enak, mengapa tidak berbagi dengan mereka?
Jangan sediakan sesuatu berdasarkan siapa yang datang bertamu, berikan selalu yang terbaik yang bisa disediakan.
5. Temani mereka
6. Lakukan dengan senyum di wajah
7. Antarkan mereka ke pintu saat berpamitan
Tidak sulit. Yang membuatnya sulit terkadang berasal dari dalam diri sendiri.
Banyak hal yang membuat kita, manusia sering lupa tentang hal-hal seperti ini.
Padahal menjamu tamu dengan baik sebenarnya bukan untuk mereka saja. Hal itu erat dengan diri sendiri. Sering kita berharap orang lain atau masyarakat menghormati kita, tetapi ketika salah satu dari mereka datang, kita lalai “menghormati” mereka dengan cara menjamu mereka dengan yang terbaik.