Mengelus kepala anak, bagi banyak orangtua, adalah salah satu kebiasaan umum untuk menunjukkan rasa sayangnya. Sejak zaman dulu hal itu sudah merupakan sesuatu yang biasa dan sampai sekarang pun masih demikian.
Cuma, rupanya, para orangtua harus lebih waspada dan berhati-hati kalau mau mengelus kepala anaknya, terutama yang sudah remaja, di depan umum.
Pengalaman saya sendiri, dan baru saja terjadi, menunjukkan bahwa hal itu mungkin tidak bisa diterima oleh sang anak sendiri.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya Sabtu, 27 Juli 2019, si kribo cilik berulangtahun yang ke-17. Sweet Seventeen.
Tidak banyak hal yang kami lakukan untuk menyambut hari spesialnya itu. Kebetulan memang keluarga kecil kami tidak membiasakan untuk mengadakan pesta khusus. Kejutan yang kami berikan hanyalah mendatangi kamarnya ketika jarum jam menunjukkan pukul 00.01 dan menjadi orang-orang pertama yang memberikan ucapan selamat menjadi dewasa kepadanya.
Saat itu saya mengelus kepalanya dan merangkulnya. Tidak ada penolakan dan dia tersenyum.
Hanya, ketika siangnya, kami sekeluarga makan siang bersama di salah satu restoran di Bogor, wajah si kribo cilik, entah kenapa terlihat bersungut. Manyun kata anak millennial mah.
Dan, secara tidak sadar, saya mengulurkan tangan untuk mengelus kepalanya. Sekedar untuk mengingatkan supaya wajahnya tidak ditekuk terus.
Reaksinya membuat saya kaget.
Ia menepis tangan saya dari kepalanya.
Dan, tetap manyun.
Sejenak saya tertegun akan reaksinya. Baru kali ini dia melakukan itu.
Barulah setelah beberapa saat kemudian, saya menyadari satu hal, sebuah kesalahan. Ya, saya melakukan sebuah kesalahan dalam hal ini.
Rumah makan adalah tempat umum. Dia sudah beranjak dewasa. Tentunya, ia merasa tidak nyaman dengan elusan kepala tadi yang kerap dipandang sebagai simbol perlakuan terhadap anak kecil. Apalagi di depan umum.
Ia mungkin merasa “dipermalukan” diperlakukan secara demikian di depan orang banyak.
Saya mengakui kesalahan itu. Rasa senang dan bahagia saya melihat anak semata wayang sudah tumbuh menjadi seorang pria remaja membuat saya lupa pada situasi.
Tindakan mengelus kepala sang anak remaja itu tadi, bagi orangtua memang biasa. Bagaimanapun, seorang anak akan tetap menjadi anak dan “tidak pernah besar” bagi orangtuanya. Tetapi, tentunya perlakuan harus berbeda karena ia juga sudah punya ego dan keinginan sendiri. Tidak mau lagi dia dipandang sebagai anak-anak.
Jadi, kalau Anda kebetulan memiliki anak sebaya dengan si kribo, perhatikan kalau mau mengelus kepalanya. Jangan lakukan ketika berada di muka umum karena bisa dipandang mempermalukan sang anak sendiri.
Sesuatu yang sebenarnya tidak kita inginkan sebagai orangtua.
Iya kan?