Ibu Hebat Bukan Hanya Sebatas Melahirkan Secara Normal Saja

Yah wajar saja kalau yang mengatakan hal ini dibully para netizen. Maklum banyak wanita merasa sewot akibat postingan “Ismi Wahidah”  seorang ibu muda di Facebook. Ia mengatakan bahwa ibu yang tidak melahirkan secara normal bukanlah ibu yang hebat karena tidak merasakan naluri sebagai ibu. Oleh karena itu wanita seperti ini tidak sempurna sebagai ibu.

Bukan sebuah pandangan baru. Banyak dari generasi pendahulu pun berpandangan seperti itu oleh karena itu mereka akan berusaha semaksimal mungkin menghindarkan diri dari melahirkan secara cesar alias melalui jalan operasi.

Jadi bisa dikata Ismi hanya meneruskan pandangan dari generasi sebelumnya. Mungkin ia banyak diberi petuah oleh ibu atau bibi-bibinya sehingga memiliki pandangan seperti itu.

Apakah saya akan ikut menghujat dan mem-bully-nya? Tidaklah. Untuk apa. Terutama karena saya paham betul bahwa pertarungan antara budaya lama dan budaya baru sedang terjadi. Pola pikir yang pernah dominan di masa lalu sedang tergusur oleh pola pikir yang baru.

Perdebatan soal sempurna atau tidaknya seorang wanita sebagai seorang ibu bukan pula barang baru. Hal itu sudah terjadi sejak operasi cesar ditemukan.

Apakah karena si kribo kecil kesayangan kami lahir dari persalinan normal? Tidak. Si ABG itu lahir ke dunia melalui tangan para dokter yang melakukan operasi cesar.

Bukan karena sang ibu memutuskan untuk melakukannya, karena sayalah yang memutuskan langkah itu harus diambil. Bahkan tanpa persetujuan istri yang sedang menahan sakit.

Tekanan darah yang mencapai lebih dari 180 dan juga “pembukaan ” yang tidak kunjung berpindah dari bukaan 3 setelah beberapa jam menunjukkan adanya masalah.

Kondisi yang tentunya berbahaya bagi orang yang saya kasihi.

Tidak. Saya tidak ragu memutuskannya meskipun saya cukup paham keinginan sang istri untuk merasa “normal” dan “sempurna” sebagai wanita dengan melahirkan secara normal. Tetapi, nyawa dua orang yang saya sayangi lebih berharga daripada sekedar omongan nyinyir soal sempurna atau tidak sempurnanya wanita.

Wanita tidak akan pernah menjadi sempurna. Wanita hanyalah manusia dan tidak akan pernah menjadi sempurna. Dia memiliki ratusan dan ribuan kekurangan. Jadi, mengapa harus berpikir tentang sempurna atau tidak ketika dua nyawa bisa terselamatkan.

EGP (Emang Gue Pikirin) pendapat orang. Kalau harus mengikuti omongan orang dan kemudian terjadi apa-apa pada ibu dan jabang bayinya, paling banter mereka yang ribut memperdebatkan soal sempurna atau tidaknya wanita saat melahirkan hanya akan mengatakan duka cita. Tetapi, saya akan kehilang dua orang yang berharga dalam hidup saya.

Tidak sebanding.

Memang tidak mudah. Si “Yayang: sempat merasa down karena merasa dirinya tidak bisa melahirkan secara normal. Perasaan itu tidak hilang dalam waktu sebentar. Terlebih kemudian ASI-nya tidak mengalir dengan lancar. Perasaan “tidak normal” semakin menjadi.

Butuh waktu untuk pada akhirnya ia bisa berkompromi dengan dirinya ketika melihat pertumbuhan si kribo kecil yang sehat dan normal. Tidak ada bedanya dengan anak yang dilahirkan secara normal.

Si kribo kecil jangkung sebagai ABG dan cukup berprestasi. Ia juga menjadi anak yang sopan dan santun, walau agak sedikit jutek dan seperti anak-anak masa kini agak kecanduan gadget, tetapi ia tumbuh dengan normal.

Pada saat itulah ia bisa menerima bahwa operasi cesar yang dilakukan adalah yang memberikan kebahagiaan ini kepada dirinya dan keluarganya. Kalau hanya sekedar menuruti ego dan pandangan orang lain tentang kesempurnaan wanita yang melahirkan normal, padahal indikasi medis mengatakan lain, mungkin tidak akan ada si kribo kecil dan ibunya.

Tidak akan ada kebahagiaan itu di keluarga kami.

Tidak masalah kalau ada orang seperti si Ismi yang mengatakan bahwa istri saya bukan wanita yang hebat dan sempurna. Kenyataannya dia memang begitu. Si Yayang hanyalah seorang ibu rumah tangga dan sebagai manusia dia tidak akan pernah sempurna.

Meskipun demikian, kehadirannya memberi kebahagiaan di rumah kami. Si kribo kecil yang lahir bukan dengan cara yang “normal” juga menghadirkan banyak tawa, senyum, dan canda.

Sesuatu yang tentunya jauh lebih mahal harganya dibandingkan pemikiran kolot nan usang yang terus-terusan membahas kehebatan wanita hanya dari sisi bisa melahirkan secara normal atau melalui operasi cesar.

Dari hal itu saja terlihat bahwa yang mengatakannya bukanlah orang yang sempurna karena dia tidak memiliki empati kepada sesama wanita. Ia juga bukan orang hebat karena tidak bisa menempatkan diri dalam mengemukakan pandangan.

Belum lagi, ia masih belum bisa menunjukkan bahwa anaknya sudah menjadi ABG dan menjadi manusia yang sopan santun dan berakhlak. Masih panjang jalan yang harus ditempuhnya supaya masyarakat menggelarinya wanita atau ibu yang hebat.

Lalu, untuk apa terlalu peduli sama orang keblinger seperti si Ismi?

Website | + posts

2 thoughts on “Ibu Hebat Bukan Hanya Sebatas Melahirkan Secara Normal Saja”

  1. mau melahirkan Normal atau Tidak,,,tetap saja Sang Ibu itu hebat bin Kuat.

    Lihat saja tugasnya setelah melahirkan anak…..super repot kalau dibandingkan sang Bapak, Jadi wajar saja sang Ibu Sering disebut " SUPERMOM ".

    Jadi wajar kalau ada hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember.

    coba cek di Google Adakah hari Khusus yang diperingati untuk kaum yang bernama " Bapak "… ?

Comments are closed.