Selain itu, orangtua juga manusia yang bisa kesal dan emosi, terutama menghadapi kenakalan dan keras kepalanya mereka. Itu juga bukan sebuah hal yang aneh dan normal-normal saja.
Meskipun demikian, kapan dan dimana orangtua harus marah perlulah diperhatikan. Salah dalam menentukan saat harus mengutarakan rasa marah kita bisa memberikan efek yang berbeda, baik atau buruk.
Karena niat orangtua marah kepada anak adalah demi kebaikannya maka kita harus memastikan tepat pada sasarannya. Untuk mencapai tujuan itu, maka orangtua harus pandai-pandai menentukan saat untuk melakukan semua itu.
Sayangnya, sekali lagi orangtua tetap adalah manusia dengan segala keterbatasannya. Terkadang rasa kesal yang memuncak sering membuat orangtua kehilangan kontrol pada dirinya sendiri. Kemarahan dikeluarkan langsung tanpa berpikir ulang tentang timing and situasinya.
Hasilnya terkadang kebalikan dari apa yang kita inginkan. Tidak jarang justru berbagai efek buruk yang didapatkan.
Ada beberapa waktu , situasi, dan kondisi anak dimana kemarahan menghasilkan hasil yang lebih banyak buruk dibandingkan kebaikannya.
Kondisi dimana sebaiknya tidak marah kepada anak
1. Saat anak sedang makan
Seseorang makan biasanya karena satu hal, lapar. Kondisi ini menunjukkan badan sedang tidak berada dalam kondisi optimal dan membutuhkan asupan makanan untuk kembali ke level semula. Biasanya orang lapar tidak akan bisa berpikir karena energi yang tersisa di tubuhnya kurang untuk bisa menggerakkan otak untuk berpikir.
Memarahi anak saat mereka sedang makan adalah salah satu hal terburuk yang bisa dilakukan orangtua. Selain karena berarti mengganggu pemenuhan kebutuhan dasarnya, jelas apa yang disampaikan tidak akan dipahami dengan baik.
Belum lagi kalau mereka berhenti makan, yang efeknya bisa berakibat kurang baik bagi kesehatan.
Banyak orang juga sangat merasa tidak nyaman ketika mereka sedang menikmati makanan ada orang yang menggerutu atau mengomel. Bayangkan bila ibu atau ayahnya sendiri memarahinya saat ia sedang makan.
Untuk orangtua, percayalah melihat anak makan sambil berurai airmata karena dimarahi bukanlah sebuah pemandangan yang menyenangkan. Kemungkinan besar Anda akan berhenti melihat sang anak dengan makanan di mulut dan airmata di pipi.
Hindari memarahi anak saat sedang makan. Pesan tidak akan tersampaikan dengan baik. Ini saat terburuk untuk marah.
2. Saat anak sedang sakit
Kesal memang melihat perintah kita agar anak memakai jas hujan dan tidak dituruti. Kemudian, ia mengeluh sakit dan hanya bisa meringkuk di tempat tidur.
Inginnya kita langsung memarahinya, tetapi jangan lakukan itu. Seorang yang sedang sakit tidak akan bisa berpikir dengan baik.
Lagi pula anak yang sedang sakit sedang lebih membutuhkan perhatian dan perawatan orangtuanya agar segera kembali sehat.
3. Saat anak sedang tidur
Kabar tidak mengenakkan tentang kenakalan anak kita terkadang datang di saat yang terduga. Biasanya kita ingin langsung menegurnya agar ia segera tahu kesalahan dan segera menyelesaikannya.
Bagaimana kalau ternyata ia sedang tidur?
Tunda kemarahan Anda.
Percuma marah-marah terhadap seseorang yang sedang tidur. Seluruh panca indranya sedang beristirahat. Hampir tidak mungkin kemarahan Anda didengar. Kalaupun ia terbangun koordinasi semuanya tidak langsung bisa menerjemahkan apa yang disampaikan.
Lagi pula sangat tidak nyaman di hati saat bangun tidur mendengar ada yang memarahi.
4. Di depan teman-temannya
Namanya mempermalukan. Anak juga punya harga diri yang harus kita jaga.
Bila kita memarahinya di depan orang-orang yang dikenalnya, sama saja menyebarkan “aib” mereka ke dunia luar. Sangat mungkin kesalahan yang dilakukannya akan tersebar di sekolah atau lingkungan dimana ia biasa bergaul.
Dengan berbagai bumbu yang biasa diberikan, berita tentang kesalahan yang dilakukan sang anak bisa menjadi gosip yang viral di kalangan mereka.
Tekanan yang diakibatkannya bisa sangat menekan terhadap sang anak dalam pergaulan.
5. Saat Anda sedang marah
Bingung kan. Mengapa saat kita sedang emosi dan marah kepada anak justru kita tidak boleh marah?
Orang yang marah dan emosinya sedang tinggi cenderung kesulitan mengontrol dirinya sendiri. Kata-kata dan nasihat yang keluar kemungkinan besar akan bersifat spontan dan tidak dihasilkan oleh pikiran yang jernih. Yang ada hanyalah emosi dan marahnya menjadi tidak bertujuan.
Padahal, marah harus bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang diperbuat dan bukan sekedar pelampiasan rasa kesal.
Lagi pula, sebagai orang yang lebih tua dan dewasa kita juga harus bisa melihat dari berbagai sisi pandang. Orangtua harus juga mendengar penjelasan anak mengapa kesalahan itu bisa terjadi. Hal tersebut tidak akan bisa dilakukan dengan emosi yang sedang memuncak.
Ambil jeda waktu sebelum mengeluarkan kemarahan.
Intinya sebenarnya hanya jangan jadikan anak sebagai tempat pelampiasan emosi semata. Kemarahan kita sering merupakan akumulasi dari berbagai hal dalam keseharian sebagai orangtua. Tidak selamanya murni karena kesalahan sang anak.
Oleh karena itu, kita sebagai orangtua ada baiknya menunda kemarahan kita, selain untuk mempertimbangkan penjelasan sang anak, juga agar marah yang dilakukan bisa membuat si anak menjadi lebih baik.
Bukankah begitu harapan kita sebagai orangtua?