Kasus Balita Diserang Siamang : Dimana Orangtuanya? Mengapa Menyalahkan Orang Lain?

kasus balita diserang siamang - kemana orangtua
Siamang – Kredit Foto Wikimedia Commons

Mengenaskan. Itulah rasa yang timbul saat membaca berita tentang “Kasus Balita Diserang Siamang” di Taman Rakyat Kebon Rojo Kota Blitar. Seorang balita berusia 1,5 tahun harus kehilangan jarinya karena dicakar oleh siamang, Symphalangus syndactylus, dari dalam kandang. (Sumber : Detik.com)

Menarik untuk dibahas juga karena ternyata orangtuanya kemudian menyesalkan alias menyalahkan pihak pengelola karena dianggap tidak memberikan pengamanan yang memadai sehingga hewan tersebut bisa “menyerang” pengunjung.

Lucu, sebenarnya. Tetapi, tidak mengherankan karena sudah biasa melihat seseorang mencari kambing hitam atas sebuah kesalahan yang terjadi. Jarang sekali ada yang mau melakukan introspeksi diri dan menunjuk dirinya sebagai biang penyebab hal itu.

Kasus balita ini, jika ditelaah, akan menyediakan beberapa fakta sebagai berikut :

  • Siamang berada di dalam kandang
  • Pengelola sudah memberi peringatan agar pengunjung tidak terlalu dekat dengan kandangnya karena sudah diketahui kerap menganggu pengunjung karena tangan sang satwa bisa keluar
  • Bocah yang terkena musibah itu berusia 1,5 tahun

Tetapi, berita “Kasus balita diserang siamang” tersebut tidak menyebutkan satu hal : DIMANA ORANGTUA SANG BOCAH?

Penting, karena hal ini menunjukkan bahwa masalah utamanya bukan terletak pada “pengamanan” hewan tersebut, tetapi kecerobohan dan kelalaian pihak orangtua lah yang menyebabkan hal itu terjadi. Pernyataan yang menyalahkan pengelola adalah usaha dari sang orangtua untuk menutupi kelalaian yang dilakukan oleh pihaknya.

Ada logika yang sangat tidak masuk akal dan bisa diterima dalam hal ini.

1) Usia sang anak baru 1,5 tahun saja, lalu bagaimana ia bisa mendekati kandang siamang seorang diri?

2) Tentunya tidak bisa. Berarti sang bocah membutuhkan bantuan seseorang untuk mendekatinya, bukan begitu? Berarti si orangtua yang membawanya kesana. Lalu, apakah orangtua tidak bisa membaca papan peringatan “Awas binatang buas, dilarang mendekat”

3) Mengapa orangtua sang bocah membawa anaknya sampai jarak yang begitu dekat hingga bisa dijangkau? Padahal, tangan siamang tidak terlalu panjang.

Usaha menekankan kesalahan pada pihak pengelola karena tidak memberikan pembatas adalah sebuah usaha absurd dari orangtua sang bocah untuk mencari kambing hitam. Sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan.

Kesalahan itu mutlak ada pada orangtua. Orangtua tidak melakukan perannya dalam menjaga anaknya disana.

Berkunjung ke tempat wisata tetap mengharuskan para orangtua untuk fokus terhadap putra-putri kesayangan mereka. Tidak ada alasan untuk meninggalkan peran sebagai penjaga hanya demi kesenangan diri sendiri.

Dan dalam kasus balita diserang siamang ini, jelas sekali orangtua sang bocah tidak melaksanakan tugasnya untuk melindungi sang anak. 

Sesuatu yang mengenaskan melihat betapa lalainya sang orangtua. Mengenaskan lagi ketika ia mencoba menyalahkan orang lain atas kebodohannya sendiri, sebuah cermin ketidakmauannya mengoreksi diri.
 

+ posts