Ibu saya dulu melakukannya. Ia akan menempatkan lauk pauk dan sayur pada piring yang diletakkan terpisah dari porsi yang disediakan untuk anak-anaknya. Dan, kebiasaan memisahkan makanan untuk ayah atau bapak, dilakukan oleh banyak ibu di saat saya masih anak-anak.
Penjelasan yang sering diberikan sang ibu kepada anak-anaknya adalah karena ayah mereka butuh makanan itu agar ia kuat dan punya tenaga untuk mencari nafkah. Penjelasan tambahannya adalah ayah adalah orang penting dalam sebuah keluarga karena ialah yang bertanggungjawab memenuhi kebutuhan dan nafkah keluarganya. Oleh karena itu, sang ibu harus memisahkan makanan untuk pria yang menjadi tulang punggung keluarganya tersebut.
Lagipula, hal itu juga dilakukan untuk membiarkan anak-anak bisa makan terlebih dahulu tanpa harus mengganggu bagian sang ayah.
Hingga saat ini, masih cukup banyak pula keluarga yang masih menerapkan pola yang sama. Tetangga saya masih melakukannya. Sang istri akan memisahkan makanan, dalam porsi yang lebih banyak dan juga bagian “spesial” untuk suaminya.
Tetapi, keluarga kecil kami TIDAK.
Saya menolak untuk diperlakukan seperti itu dan tidak pernah meminta agar istri saya memisahkan makanan dari yang ia dan si kribo kecil makan.
Semuanya diletakkan bersama. Bahkan, ketika mereka berdua makan terlebih dahulu, saya akan makan apa yang tersisa di meja makan.
Saya bukanlah bagian terpenting dalam sebuah keluarga. Tidak ada bagian yang lebih penting dari yang lainnya. Semuanya spesial.
Istri dan anak saya adalah dua orang paling berharga dalam kehidupan saya, dan saya juga percaya mereka berpandangan demikian terhadap saya. Lalu, mengapa saya yang harus mendapat perlakuan demikian spesial dari mereka. Justru, sebaliknya, saya ingin mereka merasa bahwa mereka adalah dua orang paling spesial bagi saya.
Apa yang ada di meja makan, bagi keluarga kecil kami adalah milik bersama dan bisa dinikmati bersama.
Malahan, saya berharap si kribo dan si yayang bisa mendapatkan bagian terbaik dari apa yang bisa dimakan. Untuk itulah saya mencari nafkah agar kehidupan mereka menjadi sejahtera dan mereka bisa mendapatkan bagian yang terbaik dari kesemua itu.
Memisahkan makanan untuk saya hanya menghambat mereka memilih bagian dari makanan yang paling mereka sukai hanya sekedar untuk ayah mereka. Banyak ibu menyisakan bagian yang paling banyak dagingnya dari seekor ikan goreng kepada sang ayah, tetapi hal ini isa menghambat sang anak mendapatkan bagian yang disukainya. Bisa jadi pada akhirnya ia hanya mendapatkan buntut yang banyak durinya dan bisa menyusahkannya.
Nope. Saya tidak mau demikian.
Istri dan si kribo kecil harus mendapatkan yang terbaik dari apa yang bisa saya berikan. Tidak masalah ketika saya hanya mendapatkan buntut atau kepalanya saja, toh saya bisa makan apa saja.
Jadi, saya tidak akan pernah meminta, menyuruh, atau mengindikasikan bahwa sebagai seorang ayah saya minta diperlakukan istimewa dengan cara memisahkan makanan untuk saya.
Kebiasaan seperti itu adalah sesuatu yang obsolete atau kuno bagi keluarga kami. Tidak sesuai dengan pola pikir dan tim yang sedang kami jalani.