Kurang mengerti mengapa para istri merasa terancam dengan kehadiran seorang tetangga berstatus janda.
Bingung.
Mengapa para istri bisa juga menjadi bak singa betina mempertahankan wilayahnya dengan kehadirannya? Begitu telengas dan tak kenal ampun bahkan terhadap kaumnya sendiri.
Apa yang menjadi masalah? Padahal ia tidak melakukan apa-apa yang bisa mengganggu ketenangan lingkungan.
Itu adalah pemikiran yang timbul beberapa waktu lalu ketika seorang wanita, masih muda, tetapi berstatus janda menjadi tetangga di wilayah tempat kami tinggal.
Bahkan sejak awal para istri seperti langsung meningkatkan kewaspadaan. Antena mereka seperti radar langsung berputar 360 derajat tak henti.
Tidak berapa lama kemudian, gosip, rumor, olokan pun segera bertebaran.
Saya cukup kagum pada si tetangga janda itu. Hanya dengan kehadirannya, lingkungan yang biasa adem ayem bisa tiba-tiba berubah menjadi seperti infotainment.
Hebat!
Padahal secara fisik, ia biasa saja. Tidak ada yang istimewa dibandingkan wanita lainnya.
Lalu, apa yang membuat heboh?
Status janda
Pikir punya pikir. Sikap para istri tersebut sepertinya merupakan respon terhadap status yang disandang sang wanita lebih dari terhadap penampilan fisiknya.
Banyak wanita sepertinya masih beranggapan bahwa seseorang yang memiliki status tersebut akan selalu berusaha merebut suami orang lain. Mereka menganggap seorang janda akan berupaya sesegera mungkin mendapatkan pengganti dari suaminya terdahulu dengan berbagai cara.
Termasuk dengan menggoda lelaki yang ada di sekelilingnya.
Oleh karena itu, mereka seperti langsung bersikap defensif dan siap mempertahankan suaminya dengan berbagai cara.
Lucu juga melihatnya. Kalau itu memang benar.
Mungkin ini yang disebut prejudice, prasangka, buruk tentunya. Meskipun tidak terbukti mayoritas masyarakat, terutama kaum wanita sudah menjatuhkan vonis bahkan sebelum ada indikasi.
Too bad.
Ironis
Sangat ironis bahkan.
Menjadi janda adalah sesuatu yang menakutkan kaum wanita. Bisa dikatakan itu adalah sebuah musibah terlepas dari alasan mengapa status itu terjadi.
Semua wanita tidak akan berharap menyandang status itu seumur hidupnya. Mereka lebih suka menjadi kakek nenek bersama hingga maut memisahkan.
Ironisnya, sikap para istri yang takut pada kehadiran tetangga janda menunjukkan hal lain.
Alih-alih bersimpati kaumnya ditimpa musibah, banyak dari mereka (tidak semua) yang langsung menyorot dari sisi negatif.
Ketidakpercayaan pada suami
Semakin ironis lagi kalau diteliti lebih jauh lagi.
Dengan sikap defensif mereka itu, seperti juga memberi peringatan “Jangan berani coba-coba, ya!” kepada para suami. Seakan-akan kehadiran sang tetangga janda akan langsung dimanfaatkan oleh para suami untuk coba mengambil kesempatan.
Lagi-lagi prasangka.
Sebuah bentuk ketidakpercayaan kepada suami. Sebuah contoh kecil pepatah “Namanya kucing, tidak akan menolak ikan asin” yang biasa disematkan pada kaum laki-laki rupanya sangat mengakar dalam, dalam sekali di hati kaum istri.
Betul kah akan terjadi para suami memanfaatkan kesempatan?
Kenyataannya selama masa tinggal yang satu tahun tidak ada kejadian yang berarti. Tidak ada usaha selingkuh dari para suami.
Kalau dipikir ulang, semua prasangka itu sebenarnya tidak berdasar. Mungkin para istri terlalu banyak membaca tabloid gosip atau menonton sinetron.
Prasangkanya terlalu jauh.
Segala sesuatu berasal dari niat.
Kalau seseorang memang berniat untuk melakukannya, ia akan menemukan cara. Bila seorang laki-laki berniat bermain api, dengan wanita lain, ia bisa mencarinya dengan berbagai cara. Tidak perlu menunggu datangnya seorang janda menjadi tetangga.
Ada banyak cara.
Sikap kaum wanita terhadap sesamanya yang memiliki status janda benar-benar susah dimengerti.
Ataukah, sikap mereka harus diinterpretasikan sebagai sebuah bentuk tidak percaya diri?
Sama sekali tidak mengerti jalan pikiran kaum wanita.
Bahkan sang mantan pacar, yang juga wanita itu tidak bisa menjelaskan mengapa teman-temannya itu berpikir demikian.
Apalagi saya. Terbayang saja kalau sang tetangga janda itu seperti foto yang ada di artikel ini. Benar-benar bisa timbul huru hara.
(Opini ini lahir dari kejadian nyata di komplek dimana saya tinggal)