Orangtua Itu Apa? Apa Bedanya Dengan Orang Tua

Orangtua belum tentu orang tua. Orang tua juga tidak berarti sudah menjadi orangtua.

Mungkin Anda bingung melihat kedua kalimat di atas. Memang dalam keseharian banyak terjadi salah kaprah dalam penulisan, pengertian, dan pemahaman tentang kata orangtua dan orang tua.

Keduanya mirip dan terbentuk dari huruf-huruf yang sama. Beda bagi mata kita, terletak pada fakta yang satu tergabung menjadi satu kata, tanpa pemisah, dan lainnya dipisah.

Selain dari perbedaan fisik, sebenarnya kedua kata tersebut memiliki arti yang cukup jauh berbeda.

Orangtua Vs Orang Tua

Kata ORANGTUA (tidak dipisahkan) mengacu pada status atau posisi yang diemban seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Status ini akan disematkan pada seorang pria atau wanita ketika mereka memiliki anak.

Sementara itu, kata ORANG TUA (orang dan tua terpisah) mengacu pada kondisi fisik seseorang. Biasanya kata ini disematkan pada orang-orang yang sudah berusia lanjut dengan patokan pada umur.

Banyak kerancuan dan salah kaprah, terutama dalam cara penulisan kedua kata berbeda makna ini banyak ditemukan dalam penulisan surat.

Seperti contoh yang biasa ditemukan dalam surat yang dikeluarkan pihak sekolah biasanya tertulis

Kalimat 1 : “Kepada para Orang Tua siswa diharapkan hadir pada pertemuan tanggal XX – XX – XX”
OrangtuaKalimat 2 : “Kepada para orangtua siswa diharapkan hadir pada pertemuan tanggal XX – XX – XX”

Yang benar dari kedua kalimat tersebut di atas adalah kalimat ke-2. Kalimat pertama rancu karena surat ini ditujukan pada ayah/ibu dari seorang siswa dan bukan sekedar orang yang berusia tua atau lanjut. Kalau kalimat ke-1 yang dianggap benar, maka sang siswa bisa saja membawa siapa saja yang sudah berusia tua.

Itu perbedaan pertama antara kedua kata tersebut dalam tata bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris, keduanya memiliki kata sendiri yaitu Parents (Orangtua) dann Old Guy (Orang Tua). Jadi, lebih mudah dipisahkan.

Status Orangtua

Kata “orangtua” mencerminkan status atau posisi dalam masyarakat. Seperti sudah diketahui, masyarakat terkecil di dunia ini adalah keluarga. Biasanya keluarga akan terdiri dari seorang atau pasangan orangtua dan anak.

Status ini secara otomatis akan diberikan kepada seseorang ketika seorang anak hadir dalam kehidupannya. Bisa juga diberikan kepada seseorang atau dua orang meskipun tidak ada anak yang lahir dari hubungan keduanya. 

Kata ini akan langsung disematkan kepada dua orang yang merupakan pasangan, pria dan wanita. Meskipun demikian, dengan perkembangan zaman, aturan dan hukum, terkadang status ini bisa diberikan pada seorang pria/wanita saja, dua orang pria, atau dua orang wanita.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan beberapa contoh ini :

1) pasangan suami istri (pria dan wanita) mendapatkan seorang anak yang lahir dari sang wanita
2) pasangan suami istri (pria dan wanita) mengadopsi atau mengangkat seorang anak yang tidak dilahirkannya
3) pasangan suami istri (wanita dan wanita atau pria dan pria) mengangkat atau mengadopsi anak
4) pasangan pria dan wanita yang tidak menikah tetapi memiliki anak dari hubungannya
5) pasangan pria dan wanita yang tidak menikah tetapi mengadopsi anak dari hubungannya
6) seorang wanita memiliki anak dan tidak diketahui siapa ayahya
7) seorang pria memiliki anak dan tidak diketahui siapa ibunya
8) seorang  pria mengangkat anak
9) seorang wanita mengangkat anak

Kesemua variasi di atas memungkinkan seseorang atau dua orang mendapatkan status orangtua dalam kehidupannya. Walaupun, hanya no 1 dan 6, yang secara otomatis akan menyandangnya tanpa melewati prosedur hukum.

yang lainnya, membutuhkan pengakuan secara hukum untuk mendapatkannya dan no 3, tidak akan mendapatkan pengakuan itu di negara-negara dimana pernikahan sejenis tidak diakui.

Peran Orangtua

Bersamaan dengan statusnya sebagai orangtua, seorang pria atau wanita, atau keduanya juga dibekali dengan yang namanya “peran”.

Peran ini berupa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi atau dilakukannya sebagai orangtua.

Ia atau mereka berkewajiban memenuhi berbagai kebutuhan hidup sang anak yang berada dalam tanggungjawabnya. Untuk melaksanakan roda rumahtangga dimana anak itu berada, mereka juga memiliki hak yang didapatnya dalam kehidupan berkeluarga.

Contohnya, orangtua berkewajiban membiayai kebutuhan berupa sandang, pangan, dan papan bagi keluarga. Mereka juga wajib memberikan pendidikan yang layak hingga sang anak mampu berdiri sendiri.

Sebaliknya, mereka memiliki hak untuk meminta anaknya mengikuti peraturan yang dibuat mereka selama berada dalam naungannya.

Itu adalah contoh sederhana, bahkan paling sederhana dari hubungan antara orangtua, anak, dan masyarakat. Dalam realitanya, hubungan ini adalah hubungan yang sangat kompleks dan bervariasi. Tidak semudah dan seperti apa yang dikatakan oeh teori.

Apakah status orangtua memiliki batas waktu?

Tidak.

Status orangtua akan tersemat pada seseorang bahkan setelah ia meninggal. Pada saat kehidupannya berakhir, hanya hak dan kewajibannya yang terhenti. Statusnya akan tetap tersematkan padanya sebagai orangtua dari seseorang sampai kapanpun.

Banyak orang memutuskan untuk tidak mengakui keberadaan orangtua-nya secara hukum karena satu dan lain hal, tetapi pada kenyataannya, hal itu tidak mungkin dilakukan. Status orangtua bisa dikatakan sebagai permanen meskipun tidak diakui oleh salah satu pihak.

Beberapa pelebaran makna kata orangtua

Dalam kehidupan nyata, kata orangtua juga terkait dengan pengakuan dari masyarakat terhadap kaitan seseorang dengan seorang anak.

Sebagai contoh, nenek atau kakek sering disebut “orangtua” bagi cucunya karena mereka adalah ayah atau ibu dari orangtua seorang anak. Begitu juga, paman, bibi dan sejenisnya, mereka bisa dikategorikan sebagai orangtua.

Meskipun demikian, makna sebenarnya orangtua terbatas pada posisi dalam sebuah keluarga.

Nah, itulah tulisan pertama di Blog Celoteh Orangtua ini. Sebuah penjelasan bersifat teoritis tentang apa “orangtua” itu, bedanya dengan “orang tua”, “status” dan “peran”. yang didapat ketika menyandang status itu. Agak sulit untuk menjelaskannya tanpa memakai teori terutama untuk membedakannya dengan kata “orang tua”.

Mudah-mudahan di artikel-artikel berikutnya, penulisan tidak terlalu formal atau resmi seperti ini.

Sebagai penutup, saya akan ajukan sebuah pertanyaan ” Bagaimana rasanya menjadi orangtua?”. Saya jawab sendiri pula, TIDAK MUDAH! Sama sekali tidak mudah! Tetapi menyenangkan.

Itulah yang menjadi landasan pembuatan blog Celoteh Orangtua ini, yaitu untuk berbagi berbagai kesenangan, kebahagiaan, kesulitan, dan pusingnya menjadi orangtua bagi seorang anak. Pusing tetapi membahagiakan.

Bagaimana dengan Anda?

+ posts

2 thoughts on “Orangtua Itu Apa? Apa Bedanya Dengan Orang Tua”

  1. Saya baru tahu bahwa ada perbedaan penulisan pada kedua kata tersebut. Selama ini saya selalu menulis keduanya terpisah. Hmmm, pengetahuan saya bertambah satu lagi.

    Jadi Pak Anton aJadi Pak Anton adalah orangtua. Apakah Bapak juga orang tua? hehedalah orangtua. Apakah Bapak juga orang tua? hehe 😂

Comments are closed.