Pertengkaran Suami Istri Itu Bumbu Rumah Tangga

Lha, jangan sewot ya? Memang benar kan bahwa pertengkaran suami istri itu memang bagian dari kehidupan berumah tangga. Tidak ada satu pun pasangan suami istri yang tidak pernah bertengkar.

Kalau ada satu saja yang mengatakan bahwa mereka tidak pernak ribut dengan pasangannya, mungkin seharusnya mereka pergi ke psikiater atau konsultan pernikahan. Rasanya ada sesuatu yang tidak beres dengan pernikahan mereka.

Mengapa?

Ada dua manusia dengan jenis kelamin, karakter, dan ego yang berbeda, bagaimana bisa tidak menimbulkan gesekan yang menimbulkan “panas”. Batu yang digesekkan dengan batu saja bisa memercikkan api.

Itulah kenyataannya.

Pertengkaran suami istri sudah bisa diprediksi akan hadir bahkan sebelum pasangan itu menikah. Tidak perlu paranormal atau mbah dukun untuk melihatnya. Hal itu pasti akan terjadi.

Nah, kalau sudah sejak awal bisa diprediksi akan terjadi, jalani saja dan terima. Dengan sikap mental seperti ini akan menghindarkan kesan bahwa pertengkaran suami istri adalah sesuatu yang “spesial” dan “khusus” sehingga harus dihadapi dengan perlakuan khusus juga.

Hal tersebut tidaklah perlu dilakukan jalani saja. Kalau memang merasa perlu bertengkar dengan pasangan, ya lakukan saja.

Bukankah nama lain dari istri atau suami adalah teman hidup? Seorang teman bukan hanya mereka yang mengikuti apa yang kita mau. Seorang teman adalah mereka yang mau mengingatkan kepada kita saat kita salah. Seorang teman adalah mereka yang mau menerima dan memberi.

Bertengkar sendiri adalah bentuk komunikasi antar manusia agar pendapat mereka didengar oleh yang lainnya. Cara ini juga merupakan salah satu bentuk manusia memberi sinyal tentang sesuatu yang menurutnya tidak benar.

Memang tidak enak karena melelahkan dan bikin kuping sakit, tetapi tetap saja terkadang harus dilakukan.

Jadi, kalau memang perlu marah, ya marah saja pada pasangan. Itulah gunanya mereka. Daripada mencurahkannya pada tetangga atau orang lain via Facebook, lebih baik bertengkar dengan suami atau istri sendiri.

Hanya, janganlah bertengkar dengan

1. Melakukan kekerasan fisik. Itu namanya bukan sebuah komunikasi, tetapi penghakiman dan penghukuman. Kalau dilakukan berarti kita merasa diri berkuasa terhadap pasangan kita. Sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh “teman hidup”. Lagipula hati-hati karena sudah ada Undang-Undang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang bisa membuat masalah semakin rumit.

2. berlandaskan kebencian. Kalau karena marah dan emosi, sudah pastilah. Jarang pertengkaran terjadi kalau tidak karena emosi yang tinggi dan rasa marah di hati. Tetapi, kebencian adalah lain hal. Kebencian bisa menutup mata dan hati kita terhadap sesuatu yang benar. Emosi dan marah bisa kembali turun suatu saat, tetapi kebencian akan jauh lebih lama tertanam.

3. tanpa menganggapnya sebagai hiburan. Lha, sejak awal sudah diprediksi akan datang, mengapa tidak bisa dianggap sebagai pemacu adrenalin. Daripada masuk Dunia Fantasi dan harus membayar, atau pergi ke Gym yang lagi-lagi membuat harus merogoh dompet, bertengkar dengan pasangan bisa lebih memacu adrenalin dan menghabiskan energi.

Lagipula, tidak seru kalau hidup tanpa gejolak dan naik turun.

Intinya, jangan terlalu dalam memandang pertengkaran suami istri yang terjadi. Itu wajar-wajar saja dan sudah pasti akan terjadi pada setiap pasangan.

Bisa dikata justru sebuah rumah tangga tidak lengkap jikalau hal itu tidak hadir. Seperti sayur tidak dikasih bumbu, hambar.

Paling tidak itu pendapat saya.

Bukan berarti saya senang bertengkar dengan istri, tetapi saya lebih suka menerimanya sebagai bagian kehidupan kami sebagai suami istri. Bahkan terkadang, kalau lagi bosan, saya sering iseng menggoda istri dan kalau dia mulai ngambek dan manyun, saya langsung kabur.

Justru, hal-hal seperti itu yang membuat kami merasa dekat dan membuat kami tetap bertahan menuju tujuan yang sama selama lebih dari 15 tahun.

Bagaimana dengan Anda?

+ posts

1 thought on “Pertengkaran Suami Istri Itu Bumbu Rumah Tangga”

Comments are closed.