Study Tour : Kesempatan Orangtua Belajar Melepas Anak

Study tour , istilah kerennya, atau karyawisata dalam bahasa Indonesia, ternyata bisa membuat banyak orangtua merasa kegiatan itu sebagai sesuatu yang berat. Bukan karena mereka harus mengeluarkan uang untuk membayar ongkos, tentunya ada juga yang menjadikan hal itu alasan. Tetapi lebih kepada sisi lain dari kegiatan itu.

Padahal, sudah biasa di berbagai sekolah setiap tahunnya diadakan karyawisata. Bagi, yang kelas 2 atau 3 SMA biasanya kegiatan ini berbentuk kunjungan ke beberapa universitas untuk memberikan sedikit pandangan dan pengetahuan kepada siswa tentang seperti apa universitas ini dan itu.

Jadi, bisa diharapkan, setidaknya selama bersekolah antara jenjang SD sampai SMA, akan ada satu dua kali karyawisata yang diadakan sekolah.

Tentunya, sebuah kegiatan yang bermanfaat. Dengan begitu, anak-anak bisa belajar tentang dunia luar. Belajar bersosialisai. Belajar bahwa dunia itu luas. Dan, masih banyak lagi lainnya yang bisa diambil selama kegiatan itu berlangsung.

Tetapi, tetap saja, orangtua terkadang merasa “berat” untuk mengizinkan anaknya ikut dalam sebuah study tour, meski uang terkadang bukan masalah.

Seperti yang dikatakan seorang pria, sekitar satu minggu lalu, yang seperti saya juga, mengantar anaknya untuk berangkat dalam kegiatan karyawisata ke beberapa wilayah di Jawa Tengah. Tujuannya adalah 2 universitas ternama, Brawijaya di Malang, dan Gajah Mada di Yogayakarta. Tentunya juga ada lokasi wisata yang akan dikunjungi.

Tidak sengaja percakapan terjadi. Ia mengatakan bingung juga harus apa selama kurang lebih satu minggu di rumah. Biasanya, ia menghabiskan waktu sepulang kerja untuk berbincang, bercengkerama, dan bersenda gurau dengan anak perempuan satu-satunya.

Dengan study tour ini, ia seperti “kehilangan” anaknya dan merasa berat untuk itu.

Sesuatu yang sebenarnya bukan dia saja yang merasakan hal itu. Saya pun demikian. Si kribo kecil, sang ABG, anak semata wayang kami pun ikut dalam study tour itu.

Ada perasaan berat muncul di hati.

Ada khawatir apakah si kribo akan mampu beradaptasi dengan lingkungan dan menjaga diri. Apakah ia akan merasa nyaman dan menikmati perjalanan itu.

Padahal, di rumah pun, sama seperti ABG generasi millennial, ia juga sibuk dengan berbagai kegiatan dan gadgetnya. Dan, sejak menginjak remaja, ia sudah sibuk dengan aktivitasnya sendiri.

Tetapi, tetap saja rasa-rasa itu muncul tak terhindarkan.

Bukan sesuatu yang enak.

Beberapa hari kemudian pun, rasanya semakin tidak menyenangkan karena ketidakhadirannya membuat rumah terasa sepi. Selama beberapa hari, tidak ada yang dicereweti dan diomeli. Tidak ada juga yang bisa diajak ngobrol.

Persis seperti apa yang diduga sebelumnya.

Study tour memang membuat saya sebagai orangtua merasa sebal juga. Meski, tidak secara langsung ditunjukkan kepada orang lain.

Kangen.

Bukan hanya Dylan yang bisa kangen, tetapi para orangtua juga tetap manusia dan bisa rindu kepada anaknya. Meski tahu bahwa hanya sementara.

Hanya satu pikiran yang membuat saya, istri, dan tentunya banyak orangtua lainnya tetap tenang dan bisa menerima.

Pikiran itu adalah kesadaran bahwa hal itu adalah sebuah kodrat manusia. Yap, betul kodrat manusia.

Bagaimanapun, suatu waktu, si kribo kecil tidak akan kecil lagi. Ia akan beranjak dewasa, menemukan dunianya, dan bertemu dengan pasangannya.

Suatu waktu, ia juga akan meninggalkan rumah dimana ia dibesarkan dan mendirikan rumahnya sendiri. Hidup di dunianya sendiri yang terpisah dari dunia kami, orangtuanya.

Tidak bisa tidak.

Karyawisata seperti ini adalah sesuatu yang bagus. Bukan hanya bagi seorang anak, tetapi juga bagi para orangtua.

Bagi seorang anak, ia bisa belajar tentang banyak hal di dinia luar dan melihat banyak hal. Ia bisa menimba pengalaman dan pengetahuan darinya. Sekaligus, juga belajar hidup terpisah dari para pengayomnya selama ini, orangtua.

Dan, bagi orangtua, study tour adalah semacam tryout. Sebuah uji coba kecil untuk menguji diri mereka apakah mampu bertahan dalam rasa “kehilangan” orang yang mereka sayangi. Sebuah kepastian yang akan selalu hadir dalam hidup manusia.

Tidak menyenangkan, tetapi memang study tour bukan hanya memberi pelajaran bagi pesertanya, tetapi juga bagi para orangtua. Sekaligus sinyal agar para orangtua jangan terlena dan harus juga mempersiapkan diri sebelum saat itu tiba.

Saat dimana mereka harus melepas anak kesayangan.

+ posts

2 thoughts on “Study Tour : Kesempatan Orangtua Belajar Melepas Anak”

  1. Awww… so sweet banget pak 😀
    Kalau saya, setiap hari rasanya sebal ama si kakak.
    Makin besar, makin sulit dikasih nasehat, semakin lelet.

    Tapi kalau dia udah di sekolah, saya kangen banget padahal di rumah ada adiknya hahaha.

    Karena masih kelas 2 SD, jadi si kakak belum pernah ada kegiatan sampai nginap sih.
    Kayaknya nanti kelas 3, baru mulai ada kegiatan nginap.
    Dan saya bakalan kangen nih 😀

  2. Hahahaha.. percayalah, akan semakin sulit dinasehati. Dan, saya memandang hal itu sebagai sesuatu yang baik bagi perkembangan mereka… Memang seharusnya begitu dimana mereka bisa mengambil keputusan sendiri bagi hidupnya..

    Percayalah bakalan kangen ga ada yang diajak berantem…wkwkwkw

Comments are closed.